cara budidaya ikan bawal


Bawal air tawar saat ini banyak diminati sebagai ikan konsumsi dan cocok untuk dibudidayakan. Usaha budidaya ternak ikan bawal pun sudah banyak di kembangkna di banyak daerah. dan usaha pembesaran untuk memperoleh ikan ukuran konsumsi atau ukuran yang disenangi oleh konsumen. Pembesaran ikan bawal dapat dilakukan di kolam tanah maupun kolam permanen, baik secara monokultur maupun polikultur. Ikan Bawal mempunyai beberapa keistimewaan antara lain : Ketahanan yang tinggi terhadap kondisi limnologis yang kurang baik. Disamping itu rasa dagingnya pun cukup enak, hampir menyerupai daging ikan Gurami. Secara finansial, usaha budidaya ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum), cukup menggiurkan karena proses produksi dapat berlangsung cukup singkat, pemijahan (jual larva) sekitar 2 – 3 minggu, pembenihan (jual benih) sekitar 1 – 2 bulan dan pembesaran (jual ukuran konsumsi) sekitar 3 – 5 bulan. Secara ekologi, ikan ini dianggap sebagai “perusak” karena dapat menjadi predator bagi ikan lain dan mengancam kelestarian biodiversitas ikan asli perairan Indonesia. Apakah kita murni seorang pengusaha ikan (tengkulak atau bakul), penyelamat lingkungan (conservationist) ataukah pembudidayaan ikan (aquaculturist)???
Usaha pembesaran dilakukan dengan maksud untuk memperoleh ikan ukurankonsumsi atau ukuran yang disenangi oleh konsumen. Pembesaran ikan bawaldapat dilakukan di kolam tanah maupun kolam permanen, baik secaramonokultur maupun polikultur. Bawal air tawar saat ini banyak diminati sebagaiikan konsumsi dan cocok untuk dibudidayakan di Kabupaten Magelang.Ikan Bawal mempunyai beberapa keistimewaan antara lain :
•Pertumbuhannya cukup cepat
•Nafsu makan tinggi serta termasuk pemakan segalanya (OMNIVORA) yangcondong lebih banyak makan dedaunan
•Ketahanan yang tinggi terhadap kondisi limnologis yang kurang baik
•Disamping itu rasa dagingnya pun cukup enak, hampir menyerupai dagingikan Gurami
Jika ingin menggeluti bisnis bawal air tawar ini pada dasarnya pembudidaya bisa memilih, apakah ingin budidaya benih, pembesaran, pemasaran, atau gabungan diantara pilihan tersebut. Pembesaran merupakan salah satu bagian budidaya ikan bawal air tawar yang sangat penting mempengaruhi nilai jual produk di pasaran. Secara teori khusus usaha pembesaran ikan bawal juga tergolong jenis ikan yang tidak ‘sulit’ untuk dibudidayakan. Tingkat kelangsungan hidup bawal air tawar cukup tinggi, sekitar 90%. Bahkan, ikan bawal ini mampu bertahan hidup dalam kolam yang tingkat kepadatannya tinggi. Makannya pun tidak rewel sebab hewan berjenis omnivora ini memiliki nafsu makan yang sangat besar.
ikan bawal air tawar relatif mudah

cara budidaya burung kacer


Burung kacer atau Magpie Robin yang populer di Indonesia saat ini ada dua jenis, yakni kacer hitam yang sering disebut kacer jawa (Copsychus sechellarum) dan kacer poci (Copsychus saulari) satau kacer sekoci yang sering disebut kacer sumatra. Burung ini memang masih berkerabat yakni sama-sama dalam genus Copsychus.
Perbedaan keduanya yang menyolok hanyalah pada warna bulu hitam-putih. Copsychus sechellarum atau kacer jawa berbulu hitam semua di bagian dada sampai dekat kloaka, sementara Copsychus saularis ataui kacer poci warna hitam hanya sampai dada dan ke bawah hingga kloaka berwarna putih. Sementara itu burung yang sangat mirip dengan kacer poci atau kacer sumatra adalah kacer madagaskar (Copsychus albospecularis).


Habitat
Seperti disebutkan di atas, kacer terdiri dari 3 species, yakni Copsychus saularis, Copsychus sechellarum dan Copsychus albospecularis. Khusus untuk Copsychus saularis (Oriental Magpie Robin) ini terdiri dari 9 subspecies, yaitu:
Kacer poci
1. saularis, (Thailand, India, Nepal, Malaysia, Indonesia)
2. andamanensis, (Kep. Andaman)
3. musicus, (Peninsular, Malaysia, Thailand)
4. prosthopellus, (Hainan-China)
5. erimelas (India ke Indochina),
6. pluto (Sabah - Malaysia, Borneo - Indonesia),
7. ceylonensis (India, Srilanka),
8. adamsi (Sabah - Malaysia, Borneo - Indonesia),
9. mindanensis (Mindanao - Philippines).
Kacer sumatera atau kacer poci mempunyai warna hitam pada kepala, leher sebatas dada, punggung dan bagian luar ekor. Sedangkan warna putih berada pada dada, perut dan ekor bagian dalam. Penyebaran mulai China, India, Nepal, Thailand, Indochina, Filipina, Malaysia dan Indonesia.
Kacer hitam atau sering disebut kacer jawa
Memiliki suara yang keras, nyaring dan pintar menirukan suara-suara di sekelilingnya. Penampilan sangat atraktif sambil membuka ekor serta mengeluarkan suara kicauan yang merdu. Burung ini sangat menyukai udara panas.
Kacer hitam (Copsychus sechellarum) atau Seychelles Magpie Robin penyebarannya mulai dari Seychelles (Afrika), Jawa dan Kalimantan (Indonesia). Seluruh tubuh berwarna hitam, kecuali pada sayap terdapat warna putih. Kemampuan berkicau sangat baik dan pintar menirukan suara-suara di sekelilingnya. Penampilan sangat atraktif sambil memainkan ekor. Volume suara sedang. Jenis ini juga sangat suka dengan udara panas.
Kacer madagaskar
Sementara itu kacer madagaskar atau Madagascar Magpie Robin (Copsychus albospecularis) terdiri dari dari 3 subspecies, yakni pica, albospecularis dan inexpectatus. Seluruh subspecies Copsychus albospecularis ini tersebar di wilayah Madagascar Afrika.
Bagian leher sebelah atas, punggung dan ekor berwarna hitam kebiru-biruan. Kemampuan berkicaunya tidak kalah dari kedua sepupunya C. saularis dan C. sechellarum.
Selain dari ketiga species di atas, ada satu jenis kacer lagi yang beredar di kalangan pedagang dan pemilik burung kacer, yaitu Kacer Blorok. Jenis ini menurut anggapan kebanyakan orang maupun peneliti adalah merupakan hasil perkawinan silang yang terjadi di alam, antara Kacer Hitam Putih (C. saularis) dengan Kacer Hitam (C. sechellarum).

Ciri jantan dan betina
Secara fisik, jantan dan betina burung kacer mudah dibedakan terutama yang sudah dewasa. Pada jantan, bulu hitam pada kepala dan dada mengkilat, sementara yang betina berwarna abu-abu.
Sementara untuk usia trotolan, maka semburat warna hitam pada jantan sudah terlihat meski hanya pada satu dua bulu, sementara trotolan betina hanya warna gelap atau hitam pudar cenderung abu-abu.

Cara memilih burung kacer yang baik
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan bakalan pada burung kacer.



  • Jika pilihan untuk kicauan, tentunya yang berkelamin jantan, dengan ciri warna bulu hitam yang tegas mengkilap dan kontras.
  • Bentuk paruh, sebaiknya pilih bentuk paruh yang berpangkal lebar, tebal, besar dan panjang. Paruh bagian bawah harus lurus. Jangan memilih bahan yang memiliki paruh bengkok. Posisi lubang hidung pilih sedekat mungkin dengan posisi mata.
  • Kepala berbentuk kotak, mata bulat besar dan melotot. Ini menandakan burung ini mempunyai mental tempur yang baik..
  • Postur badan, pilihlah bahan yang berpostur sedang dengan panjang leher, badan dan ekor serta kaki yang serasi. Jangan memilih bahan yang berleher dan berbadan pendek.
  • Sayap mengepit rapat dan kaki mencengkram kuat, ini menandakan bahan tersebut sehat. Pilihlah kaki yang besar dan terlihat kering. Warna kaki tidak berpengaruh terhadap mental burung.
  • Lincah dan bernafsu makan besar. Ini merupakan ciri-ciri bahan yang bermental baik.
  • Leher panjang padat berisi. Menandakan burung ini akan mengeluarkan power suara secara maksimal.


  • cara beternak hamster


    Hamster termasuk jenis binatang pengerat. Ada beberapa jenis hamster yang tersebar diseluruh dunia, salah satunya adalah Hamster Siria (Syrian Hamster) yang paling umum dikenal dan Hamster Kerdil Rusia (Dwarf Cambell Russia).
    Ia adalah binatang malam, yang tidur di siang hari dan aktif di sore dan malam hari, namun jika hamster sudah terbiasa diajak main pada pagi hari, kemungkinan pola tidurnya akan mengikuti si pemilik (jika pemilik sering bermain dengan hamsternya). Pandangan matanya jelek, tetapi penciuman dan pendengarannya tajam.

    Ia mempunyai kantong pipi yang dapat mengembang, dimana ia menyimpan makanan yang akan dibawa ke sarangnya.

    Hamster Siria berasal dari padang pasir di Timur Tengah dimana ia hidup dalam liang-liang dalam bukit-bukit pasir. Jenis ini paling umum dipelihara karena dapat dipegang oleh anak kecil dengan mudah. Binatang dewasa berukuran panjang 17-22 cm. Umumnya jenis ini jinak terhadap manusia, tetapi tidak terhadap jenis hamster lainnya. Karena itu jika hendak memelihara hamster jenis ini, harus ditempatkan dalam satu kandang terpisah dengan hamster lainnya, karena kemungkinan besar akan menyerang hamster yang lain jika ditempatkan dalam satu kandang bersamaan.

    Hamster Kerdil Campbell Rusia berasal dari padang rumput Asia Tengah (Rusia, Mongolia dan bagian barat laut Cina).

    Binatang dewasa berukuran panjang 10-12 cm, yang betina sedikit lebih panjang daripada yang jantan. Umur rata-ratanya 2 – 2 ½ tahun, meskipun ia dapat hidup sedikit lebih lama.

    Dibanyak negara (terutama di Amerika dan Eropa), hamster kini menjadi binatang peliharaan kecil yang sangat populer.

    Pemeliharaan
    Hamster dipelihara di dalam kandang, yang terbuat dari kawat atau aquarium kaca. Karena giginya tajam, kayu atau bambu tidak tepat digunakan. Lantai kandang perlu dilapisi dengan serutan gergaji atau sekam padi yang dapat menyerap air kencingnya. Carikan-carikan kertas dapat disediakan sebagai sarangnya. Ia akan menimbun makanan dan menaruh bayi (jika ada) di sarang ini.

    Hamter adalah binatang yang menyukai kebersihan. Jika kandang cukup besar, ia akan menggunakan satu sudut kandang sebagai WC dan sudut yang lain sebagai sarang.

    Makanan
    Makanan hamster pada umumnya adalah biji-bijian (beras/nasi, roti, jagung) dan sayuran (seperti wortel, timun dan buncis), namun jangan jadikan sebagai bahan utama. Binatang kecil ini tetap membutuhkan gizi yang cukup, dan dapat diperoleh melalui makanan kemasan yang sudah lengkap gizinya. Makanan protein tinggi seperti daging atau susu, juga penting terutama ketika bayi-bayi dalam masa pertumbuhan atau pada ibu hamster yang sedang hamil atau sedang mempunyai bayi Jika makanan cukup mengandung cairan, air minum tidak diperlukan.

    Hamster mempunyai kantong di pipinya dimana ia mengumpulkan makanan. Ia menekan makanan ke dalam kantong yang akan mengembang dan membawanya ke sarang. Disini makanan dikeluarkan untuk ditimbun. Lapisan dalam kantong pipi ini sangat halus, sehingga makanan yang tajam dapat melukainya.

    Pembiakan
    Hamster mempunyai bayi rata-rata 8 . Tetapi ia dapat melahirkan sampai 16 bayi sekaligus (Syrian Hamster).
    Pada umumnya ia mulai melahirkan sesudah berumur 3-4 bulan, meskipun kadang-kadang ada juga yang mulai melahirkan pada umur 1 bulan, namun tidak dianjurkan hamster yang berusia kurang dari 4 bulan untuk melahirkan, karena dapat menyebabkan cacat pada anak hamster, ataupun dapat mengakibatkan kematian bagi ibu dan anak hamster. Makanan yang jelek (misalnya kurang protein) akan mengakibatkan si ibu mencari protein tambahan dengan memakan bayinya sendiri (kanibal), atau lingkungan yang tidak mendukung (lingkungan yang berisik) membuat si induk merasa tidak nyaman/stress dapat menyebabkan induk memakan anaknya..


    Budidaya Ikan Cupang Gunakan aquarium berukuran minimal 15x15x20 Cm. dan lakukan penggantian air 30% – 50% setiap 3 – 7 hari. Kunci utama dalam perawatan adalah kwalitas air yang baik dan pakan yang baik, karena hal ini berakibat langsung terhadap kesehatan dan pertumbuhan ikan.
    Untuk proses pemijahan cupang bisa mengikuti langkah langkah dibawah ini :
    1. Siapkan pasangan yang akan dikawinkan dan siapkan 1 pasang lagi sebagai pasangan cadangan apabila tidak berjodoh.
    2. Beri makan pasangan tersebut 2 kali sehari dengan pakan hidup atau beku seperti jentik nyamuk/cuk, kutu air, atau blood worm. Hindari pemberian cacing rambut pada ikan betina khususnya yang akan dipijahkan, karena berdasarkan pengalaman seringkali menyebabkan ikan betina sulit bertelur.
    3. Tempatkan jantan dan betina dalam wadah yang berdampingan atau masukkan betina kedalam botol kemudian masukkan ketempat jantan bersama botol tersebut agar mereka dapat saling melihat. Biarkan mereka diisolasi selama lebih kurang 3 hari.
    Persiapkan Wadah Pemijahan
    1. Anda dapat menggunakan wadah berupa aquarium, gentong atau ember/baskom plastik sebagai tempat pemijahan. Jangan gunakan tempat yang terlalu lebar.
    2. Isi dengan air yang telah diendapkan dengan kedalaman antara 10 s/d 15 Cm. (4 s/d 5 inches). Ini dimaksudkan agar suhu air didasar tidak terlalu dingin, memudahkan si jantan merawat telur dan burayak yang jatuh dari busa. Suhu yang dibutuhkan antara 21 hingga 31 derajad Celcius, untuk pemijahan idealnya adalah 25 derajad Celcius.
    3. Siapkan media pijah (substrat) bisa berupa tanaman air seperti Java Moss, daun ketapang kering, potongan styrofoam atau serabut rafia atau lembaran plastik bening tempat si jantan membuat busa/sarang untuk meletakkan telur.
    Biasanya sering menggunakan plastik bening dengan pertimbangan karena bisa memonitor telur dengan melihat dari bagian atas, tidak membusuk, tidak tenggelam dan relatif lebih bersih. Ukuran plastik cukup 10×15 cm. atau 10×10 cm. saja. Penjodohan Dan Pemijahan. Pada indukan jantan yang matang warna siripnya terlihat lebih cerah dan pada induk betina perutnya terlihat membuncit dan secara transparan kita dapat melihat telur pada saluran pengeluarannya.
    1. Masukkan jantan terlebih dahulu ke wadah pemijahan yang telah disiapkan dan biarkan selama 1 hari agar si jantan merasa nyaman ditempat baru tersebut.
    2. Masukkan betina dalam botol secara perlahan kedalam wadah pemijahan. Ini dimaksudkan agar si betina tidak mengganggu jantannya membangun sarang dan agar mereka saling memandang dan melihat apakah mereka “berjodoh” satu dengan yang lainnya.
    3. Dalam tempo antara 2 hingga 8 jam si jantan akan membangun busa pada substrat yang akan digunakan sebagai tempat bercumbu dan bulan madunya.
    Sarang dibuat oleh sijantan dengan cara mengambil gelembung udara dari permukaan dan melepaskannya dibawah permukaan daun atau tanaman air yang mengapung dipermukaan air. Apabila betina tertarik dengan sijantan dan siap untuk dikawinkan dapat dilihat pada tanda berbentuk vertical melintang ditubuhnya dengan warna gelap. Tapi jangan terburu-buru untuk mencampur keduanya, biarkan pada tempatnya masing-masing selama 1 hingga 2 hari.
    4. Lepaskan betina pada sore keesokan harinya.
    5. Si jantan akan segera mendekati dan merayu si betina sambil mengembangkan sirip-siripnya seperti layaknya hendak bertarung. Ini merupakan hal yang lumrah dan merupakan naluri mereka untuk menunjukkan bahwa mereka sangat kuat dan akan menghasilkan anak-anak yang juga kuat agar dapat survive di alam bebas.
    6. Pada saat pemijahan tubuh si jantan akan melilit dan menyelubungi tubuh induk betina membentuk huruf “U” dengan ventral saling berdekatan sampai betina mengeluarkan telur yang segera dibuahi oleh sperma si jantan. Telur-telur tersebut akan berjatuhan kedasar dan segera diambil si jantan dengan mulutnya untuk diletakkan disarang busa. Proses pemijahan ini bisa berlangsung selama berjam-jam dan dengan proses yang berulang-ulang, dan merupakan ritual yang sangat menarik untuk dilihat.
    7. Aktifitas pemijahan berakhir dengan tanda-tanda si jantan mengusir betina agar menjauh dari sarang busa.
    8. Setelah aktifitas pemijahan selesai segera angkat induk betina dan letakkan di aquarium pengobatan dengan diberikan metylene blue/pomate untuk pengobatan luka-luka akibat pemijahan, dan dapat dikawinkan lagi setelah 3-4 minggu. Selanjutnya tugas menjaga telur dan merawat bayi diambil alih oleh si jantan.
    9. Apabila selama 3 hari si jantan tidak membuat sarang busa atau si betina tidak mau bertelur segera angkat dan gantikan dengan pasangan cadangan.
    10. Ulangi proses diatas dengan pasangan pengganti/cadangan.
    11. Telur-telur yang fertile akan menetas setelah 24 jam pada suhu berkisar 25 derajat Celcius. Dan 2 hari kemudian akan terlihat burayak seukuran jarum dengan warna kehitaman.
    12. Bila burayak telah dapat berenang bebas indukan jantan dapat segera diangkat dan tempatkan pada aquarium pengobatan/karantina. Setelah 7 hari indukan jantan telah siap untuk dikawinkan lagi. Perlu dicatat bahwa Bettas tidak akan pernah mau kawin dengan pasangan yang bukan pilihannya, jadi anda tidak bisa memaksa mereka untuk kawin seperti “Siti Nurbaya”.
    PEMBESARAN
    Burayak sampai umur 2-3 hari tidak perlu diberi makan karena adanya cadangan kuning telur (egg yolk) dalam tubuhnya. Pembesaran burayak tidak sesulit seperti yang kita bayangkan asal kita mengetahui tahap-tahapnya, dan itu merupakan tantangan tersendiri bagi para breeder.
    1. Dengan meletakkan tanaman air pada wadah pemijahan berguna dalam menyumbangkan sedikit infusoria secara alami buat burayak.
    2. Setelah burayak dapat berenang bebas secara otomatis dan naluri alamiahnya akan berburu untuk makan, dan secara naluri pula mereka dengan atraktif akan menyerang sesuatu yang bergerak.
    3. Pada saat burayak berumur 3-4 hari dapat diberikan vinegar eels, gerakannya disukai serta menarik minat burayak dan bentuknya yang sangat kecil cukup pas untuk burayak memakannya. Anda dapat juga memberi makan burayak dengan infusoria, rotifera atau micro worms.
    4. Setelah burayak berumur 1 minggu dapat diberikan pakan kutu air saring atau BBS (Baby Brine Shrimp)/Artemia yang telah dikultur.
    5. Pemberian kutu air dan Artemia bisa dilanjutkan hingga burayak berumur 3 minggu, dan dapat juga dicampur/divariasi dengan cacing tubifex sp., chironomus sp., ataupun vinegar eels karena pertumbuhan burayak sering kali tidak sama.
    6. Pada umur 5 minggu burayak siap untuk dilakukan pendederan atau dipindahkan ketempat yang lebih besar ataupun kolam. Pada saat ini porsi pemberian pakan lebih banyak dan dilakukan penggantian air secara kontinyu.
    7. Pada usia 4 hingga 6 minggu burayak mulai terbentuk organ labyrinth nya dan mereka mulai menuju permukaan untuk bernafas (mengambil oxygen langsung dari udara).
    8. Setelah lewat umur 6 minggu pemberian diet makanan mulai variatif, jentik nyamuk (cuk), kutu air dan bloodworm.
    9. Lakukan penggantian air sebanyak 30% dengan cara siphon atau membuka drain/valvenya, sekaligus membersihkan kotoran dan sisa pakan yang ada didasar. Kemudian tambahkan air baru yang telah diendapkan secara lembut/perlahan. Sejak usia 4 minggu naluri bertarung sudah mulai tampak dan penggantian atau penambahan air baru/bersih akan merangsang aktivitas hormonal ikan yang mengarah kepada agresivitasnya. Untuk meminimize pertarungan gunakan tempat atau space yang lebih besar atau dapat juga meletakkan tanaman air hidrilla atau dapat juga menggunakan serabut rafia untuk menghindari pertemuan langsung yang berakibat timbulnya pertarungan.
    10. Umur 7 hingga 8 minggu mulai dapat disortir jantan atau betina.
    11. Umur 10 hingga 12 minggu dapat disortir berdasarkan grade A, B, atau C. pisahkan mereka karena masing-masing memiliki nilai jual yang berbeda.
    12. Pilih anakan yang kwalitas baik atau super, dan diletakkan mereka dalam aquarium terpisah (soliter).
    Pembahasan tentang: cara budidaya ikan cupang, cara membudidayakan ikan cupang, cara berternak ikan cupang, cara ternak ikan cupang, cara beternak ikan cupang, teknik budidaya ikan cupang, cara budi daya ikan cupang, IKAN, aquarium ikan cupang, ikan cupang, ternak ikan cupang, ikan hias, makalah budidaya ikan hias, beternak ikan cupang, Makalah Budidaya Ikan Cupang, cara budidaya cupang, cara beternak cupang, cara memelihara ikan cupang, budidaya cupang, inovasi ikan cupang, langkah langkah budidaya ikan, penakaran love bird, cara beternak kutu air, cara budidaya buncis, pendederan ikan cupang, cara menanam moss di aquarium, beternak cupang, tips ternak ikan gurami, teknik budidaya cupang, cara pembesaran ikan cupang, cara berternak cupang, bagaimana cara membudidayakan ikan cupang, cara menanam moss, pertumbuhan ikan cupang

    Cara Beternak Burung Puyuh Untuk Peluang Usaha

    puyuh-telur

    SEJARAH SINGKAT

    Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa burung (liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870. Dan terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di kandang-kandang ternak yang ada di Indonesia.

    SENTRA PETERNAKAN

    Sentra Peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah

    JENIS

    Kelas : Aves (Bangsa Burung)
    Ordo : Galiformes
    Sub Ordo : Phasianoidae
    Famili : Phasianidae
    Sub Famili : Phasianinae
    Genus : Coturnix
    Species : Coturnix-coturnix Japonica

    MANFAAT

    1. Telur dan dagingnya mempunyai nilai gizi dan rasa yang lezat
    2. Bulunya sebagai bahan aneka kerajinan atau perabot rumah tangga lainnya
    3. Kotorannya sebagai pupuk kandang ataupun kompos yang baik dapat digunakan sebagai pupuk tanaman

    PERSYARATAN LOKASI

    1. Lokasi jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk
    2. Lokasi mempunyai strategi transportasi, terutama jalur sapronak dan jalur-jalur pemasaran
    3. Lokasi terpilih bebas dari wabah penyakit
    4. Bukan merupakan daerah sering banjir
    5. Merupakan daerah yang selalu mendapatkan sirkulasi udara yang baik.

    TEKNIS BUDIDAYA BURUNG PUYUH

    Yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum memulai usahanya, adalah memahami 3 (tiga) unsur produksi usaha perternakan yaitu bibit/pembibitan, pakan (ransum) dan pengelolaan usaha peternakan. Secara rinci akan kita bahan lebih lanjut satu persatu.

    PENYEDIAAN SARANA DAN PERALATAN

    1. Persiapan kandang

    Untuk budidaya burung puyuh, persyaratan kandang yang baik perlu diperhatikan adalah temperatur kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25 derajat C; kelembaban kandang berkisar 30-80%; penerangan kandang pada siang hari cukup 25- 40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca mendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari pagi dapat masuk kedalam kandang. Sehingga kondisi kandang tidak lembab.

    Dalam mempersipkan kandang burung puyuh ini, kita mempunyai 2 alternatif yang biasa diterapkan peternak puyuh, yaitu sistem litter (lantai sekam) dan sistem sangkar (batere). Sedangkan ukuran kandang yang digunakanumumnya untuk 1 m2 dapat diisi 90-100 ekor anak puyuh, selanjutnya menjadi 60 ekor untuk umur 10 hari sampai lepas masa anakan. Terakhir menjadi 40 ekor/m2 sampai masa bertelur.

    Ada beberapa tahapan dalam budidaya burung puyuh. Masing-masing tahapan idealnya memerlukan persiapan kandang yang sesuai, yaitu :

    • Kandang untuk induk pembibitan

    Kandang ini berpegaruh langsung terhadap produktifitas dan kemampuan menghasilkan telur yang berkualitas. Besar atau ukuran kandang yang akan digunakan harus sesuai dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara. Idealnya satu ekor puyuh dewasa membutuhkan luas kandang 200 m2.

    • Kandang untuk induk petelur

    Kandang ini berfungsi sebagai kandang untuk induk pembibit. Kandang ini mempunyai bentuk, ukuran, dan keperluan peralatan yang sama. Kepadatan kandang lebih besar tetapi bisa juga sama.

    • Kandang untuk anak puyuh/umur stater(kandang indukan)

    Jenis kandang ini merupakan kandang bagi anak puyuh pada umur starter, yaitu mulai umur satu hari sampai dengan dua sampai tiga minggu. Kandang ini berfungsi untuk menjaga agar anak puyuh yang masih memerlukan pemanasan itu tetap terlindung dan mendapat panas yang sesuai dengan kebutuhan. Sebaiknya kandang ini perlu dilengkapi alat pemanas. Biasanya ukuran yang sering digunakan adalah lebar 100 cm, panjang 100 cm, tinggi 40 cm, dan tinggi kaki 50 cm. (ukuran ini cukup memuat 90-100 ekor anak puyuh).

    • Kandang untuk puyuh umur grower (3-6 minggu) dan layer (lebih dari 6 minggu)

    Jenis kandang berikutnya, bentuk, ukuran maupun peralatannya sama dengan kandang untuk induk petelur. Alas kandang biasanya berupa kawat ram.

    2. Kelengkapan kandang

    Perlengkapan yang diperlukan dalam kandang berupa tempat makan, tempat minum, tempat bertelur dan tempat obat-obatan.

    PENYEDIAAN BIBIT

    Seperti sudah diainggung diatas, penyediaan bibitmerupakan tahapan yang penting dalam budidaya burung puyuh. Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan, ada 3 (tiga) macam tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu:

    1. Untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yang sehat atau bebas dari kerier penyakit.
    2. Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh petelur afkiran.
    3. Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yang baik produksi telurnya dan puyuh jantan yang sehat yang siap membuahi puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang baik.

    PEMELIHARAAN

    Setelah kita dapatkan bibit yang baik, selanjutnya yang perlu mendapatkan perhatian adalah pemeliharaan puyuh, meliputi :

    • Kebersihan/Sanitasi dan Tindakan Preventif

    Untuk menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh kebersihan lingkungan kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini mungkin.

    • Pengontrolan Penyakit

    Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda yang kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter hewan atau dinas peternakan setempat atau petunjuk dari Poultry Shoup.

    • Pemberian Pakan

    Pemberian pakan merupakan faktor yang penting dalam keberhasilan beternak burung puyuh dengan hasil yang maksimal. Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: bentuk pallet, remah-remah dan tepung. Karena puyuh yang suka usil memtuk temannya akan mempunyai kesibukan dengan mematukmatuk pakannya. Pemberian ransum puyuh anakan diberikan 2 (dua) kali sehari pagi dan siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransum hanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian minum pada anak puyuh pada bibitan diberikan terus-menerus.

    • Pemberian Vaksinasi

    Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi dengan dosis separo dari dosis untuk ayam. Vaksin dapat diberikan melalui tetes mata (intra okuler) atau air minum (peroral).

    HAMA DAN PENYAKIT

    Seperti usaha pada umumnya, budidaya burung puyuh ini mengalami beberapa hambatan, umumnya serangan hama maupun penyakit. Untuk pencegahan ada baiknya kita mengetahui jenis-jenis hama ataupun penyakit yang sering menyerang unggas ini.

    1. Radang usus (Quail enteritis)

    Penyebab: bakteri anerobik yang membentuk spora dan menyerang usus, sehingga timbul pearadangan pada usus.

    Gejala: puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berair dan mengandung asam urat.

    Pengendalian: memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisashkan burung puyuh yang sehat dari yang telah terinfeksi.

    2. Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)

    Gejala: puyuh sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yangspesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.

    Pengendalian:

    • menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang
    • pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.

    3. Berak putih (Pullorum)

    Penyebab: Kuman Salmonella pullorum dan merupakan penyakit menular.

    Gejala: kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengerut dan sayap lemah menggantung.

    Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit tetelo.

    4. Berak darah (Coccidiosis)

    Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.

    Pengendalian:

    menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayoco

    5. Cacar Unggas (Fowl Pox)

    Penyebab: Poxvirus, menyerang bangsa unggas dari semua umur dan jenis kelamin.

    Gejala: imbulnya keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu, seperti pial, kaki, mulut dan farink yang apabila dilepaskan akan mengeluarkan darah.

    Pengendalian: vaksin dipteria dan mengisolasi kandang atau puyuh yang terinfksi.

    6. Quail Bronchitis

    Penyebab: Quail bronchitis virus (adenovirus) yang bersifat sangat menular.

    Gejala: puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk dan bersi, mata dan hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir serta kadangkala kepala dan leher agak terpuntir.

    Pengendalian: pemberian pakan yang bergizi dengan sanitasi yang memadai.

    7. Aspergillosis

    Penyebab: cendawan Aspergillus fumigatus.

    Gejala: Puyuh mengalami

    gangguan pernafasan, mata terbentuk lapisan putih menyerupai keju, mengantuk, nafsu makan berkurang.

    Pengendalian: memperbaiki sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya.

    8. Cacingan

    Penyebab: sanitasi yang buruk.

    Gejala: puyuh tampak kurus, lesu dan lemah.

    Pengendalian: menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakan yang terjaga kebersihannya.

    PEMANENAN

    Tahapan yang paling ditunggu oleh seorang pengusaha adalah saat pemanenan. Seperti telah didisinggung diatas, ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari budidaya burung puyuh ini, yaitu :

    • Hasil Utama

    Pada usaha pemeliharaan puyuh petelur, yang menjadi hasil utamanya adalah produksi telurnya yang dipanen setiap hari selama masa produksi berlangsung.

    • Hasil Tambahan

    Sedangkan yang merupakan hasil tambahan antara lain berupa daging afkiran, tinja untuk pupuk kandang serta bulu puyuh sebagai bahan baku kerajinan tangan.

    Nah,,, Tunggu apalagi, satu jenis usaha, budidaya burung puyuh, beragam hasil yang didapat. Selamat menjadi pengusaha dan semoga sukses… :)

    Sumber: www.binaukm.com

    panen


    Beberapa hal yang penting yang perlu diperhatikan dalam penanganan pasca panen:
    1)Alat-alat yang digunakan harus bersih.
    2)Penanganan harus cepat, cermat, dan hati-hati.
    3)Hindarkan terkena sinar matahari langsung.
    4)Cucilah udang dari kotoran dan lumpur dengan air bersih.
    5)Masukkan ke dalam keranjang, ember, atau tong, dan siram dengan air
    bersih.
    6)Selalu menggunakan es batu untuk mendinginkan dan mengawetkan udang.
    7)Selain didinginkan, dapat juga direndam dalam larutan NaCl 100 ppm untuk mengawetkan udang pada temperatur kamar dan untuk membunuh bakteri pembusuk (Salmonella, Vibrio, Staphylococcus).
    8)Kelompokan menurut jenis dan ukurannya.

    hama dan penyakit


    7.1.Hama

    1.

    Lumut
    Lumut yang pertumbuhannya berlebihan. Pengendalian: dapat dengan memelihara bandeng yang berukuran 8-12 cm sebanyak 200 ekor/ha.
    2.Bangsa ketam
    Membuat lubang di pematang, sehingga dapat mengakibatkan bocoranbocoran.
    3.Udang tanah (Thalassina anomala),
    Membuat lubang di pematang.
    4.Hewan-hewan penggerek kayu pintu air
    Merusak pematang, merusak tanah dasar, dan merusak pintu air seperti remis penggerek (Teredo navalis), dan lain-lain.
    5.Tritip (Balanus sp.) dan tiram (Crassostrea sp.)
    Menempel pada bangunan-bangunan pintu air.

    Pengendalian hama bangsa ketam, udang tanah, hewan-hewan penggerek kayu pintu air sama dengan pengendalian lumut.
    Golongan pemangsa (predator), dapat memangsa udang secara langsung, termasuk golongan buas, antara lain:

    1.

    Ikan-ikan buas, seperti payus (Elops hawaiensis), kerong-kerong (Tehrapon tehraps), kakap (Lates calcarifer), keting (Macrones micracanthus), kuro (Polynemus sp.), dan lain-lain.
    2.Ketam-ketaman, antara lain adalah kepiting (Scylla serrata).
    3.Bangsa burung, seperti blekok (Ardeola ralloides speciosa), cangak (Ardea cinera rectirostris), pecuk cagakan (Phalacrocorax carbo sinensis), pecuk ulo (Anhinga rufa melanogaster), dan lain-lain.
    4.Bangsa ular, seperti ular air atau ular kadut (Cerberus rhynchops, Fordonia leucobalia, dan Chersidrus granulatus).
    5.Wingsang, wregul, sero, atau otter (Amblonyx cinerea dan Lutrogale perspicillata).

    Golongan penyaing (kompetitor) adalah hewan yang menyaingi udang dalam hidupnya, baik mengenai pangan maupun papan.

    1.

    Bangsa siput, seperti trisipan (Cerithidea cingulata), congcong (Telescopium telescopium).
    2.Ikan liar, seperti mujair (Tilapia mosambica), belanak (Mugil spp), rekrek (Ambassis gymnocephalus), pernet (Aplocheilus javanicus), dan lain-lain.
    3.Ketam-ketaman, seperti Saesarma sp. dan Uca sp.
    4.Udang, yaitu udang kecil-kecil terutama jenis Cardina denticulata, dan lain-lain.

    Pengendalian:

    1.

    Ikan-ikan buas dapat diberantas dengan bungkil biji teh yang mengandung racun saponin.

    a.

    Bungkil biji teh adalah ampas yang dihasilkan dari biji teh yang diperas minyaknya dan banyak diproduksi di Cina.
    b.Kadar saponin dalam tiap bungkil biji teh tidak sama, tetapi biasanya dengan 150-200 kg bungkil biji teh per Ha tambak sudah cukup efektif mematikan ikan liar/buas tanpa mematikan udang yang dipelihara.
    c.Daya racun saponin terhadap ikan 50 kali lebih besar daripada terhadap udang.
    d.Daya racun saponin akan hilang sendiri dalam waktu 2-3 hari di dalam air. Setelah diracun dengan bungkil biji teh, air tambak tidak perlu dibuang, sebab residu bungkil itu dapat menambah kesuburan tambaknya.
    e.Daya racun saponin berkurang apabila digunakan pada air dengan kadar garam rendah. Tambak dengan kedalaman 1 meter dan kadar garam air tambak > 15 permil, bungkil biji teh yang digunakan cukup 120 kg/Ha saja, sedangkan kalau lebih rendah harus 200 kg/Ha. Untuk penghematan air tambak dapat diturunkan sampai 1/3-nya, sehingga bungkil yang diberikan hanya 1/3 yang seharusnya. Setelah 6 jam air tambak dinaikkan lagi, sehingga kadar saponin menjadi lebih encer.
    f.Penggunaan bungkil ini akan lebih efektif pada siang hari, pukul 12.00 atau 13.00.
    g.Sebelum digunakan bungkil ditumbuk dulu menjadi tepung, kemudian direndam dalam air selama beberapa jam atau semalam. Setelah itu air tersebut dipercik-percikan ke seluruh tambak. Sementara menabur bungkil, kincir dalam tambak diputar agar saponin teraduk merata.
    2.Rotenon dari akar deris (tuba).

    a.

    Akar deris dari alam mengandung 5-8 %o rotenon. Akar yang masih kecil lebih banyak mengandung rotenon.Zat ini dapat membunuh ikan pada kadar 1-4 ppm, tetapi batas yang mematikan udang tidak jauh berbeda.
    b.Dalam air berkadar garam rendah, daya racunnya lebih baik/lebih kuat daripada yang berkadar garam tinggi.
    c.Sebelum digunakan, akar tuba dipotong kecil-kecil, kemudian direndam dalam dalam air selama 24 jam. Setelah itu akar ditumbuk sampai lumat, dimasukkan ke dalam air sambil diremas-remas sampai air berwarna putih susu.
    d.Dosis yang diperlukan adalah 4-6 kg/Ha tambak, apabila kedalaman air 8 cm. Daya racun rotenon sudah hilang setelah 4 hari.
    3.Ikan liar, ikan buas, dan siput dapat juga diberantas dengan nikotin pada takaran 12-15 kg/Ha atau sisa-sisa tembakau dengan takaran antara 200- 400 kg/Ha.

    a.

    Sisa-sisa tembakau ditebarkan di tambak sesudah tanah dasar dikeringkan dan kemudian diairi lagi setinggi ± 10 cm.
    b.Setelah ditebarkan, dibiarkan selama 2-3 hari, agar racun nikotinnya dapat membunuh hama. Sementara itu airnya dibiarkan sampai habis menguap selama 7 hari.
    c.Setelah itu tambak diairi lagi tanpa dicuci dulu, sebab sisa tembakau sudah tidak beracun lagi dan dapat berfungsi sebagai pupuk.
    4.Brestan-60 dapat digunakan untuk memberantas hama, terutama trisipan.

    a.

    Brestan-60 adalah semacam bahan kimia yang berupa bubuk berwarna krem dan hampir tidak berbau. Bahan aktifnya adalah trifenil asetat stanan sebanyak 60%.
    b.Takaran yang dibutuhkan adalah 1 kg/Ha, apabila kedalaman air 16-20 cm dan kadar garamnya 28-40%. Makin dalam airnya dan makin rendah kadar garamnya, takaran yang dibutuhkan makin banyak.
    c.Daya racunnya lebih baik pada waktu terik matahari.
    d.Cara penggunaan:
    -Air dalam petakan disurutkan sampai ± 10 cm. Pintu air dan tempat yang bocor ditutup.
    -Bubuk Brestan-60 yang telah ditakar dilarutkan dalam air secukupnya, kemudian dipercik-percikkan ke permukaan air.
    -Air dibiarkan menggenang selama 4-10 hari, agar siputnya mati semua.
    -Setelah itu tambak dicuci 2-3 kali, dengan memasukkan dan mengeluarkan air pada waktu pasang dan surut.
    5.Sevin dicampur dengan cincangan daging ikan, kemudian dibentuk bulatan, dapat digunakan sebagai umpan untuk meracuni kepiting. Karbid (Kalsium karbida) dimasukkan ke dalam lubang kepiting, disiram air dan kemudian. Gas asetilen yang timbul akan membunuh kepiting.
    Abu sekam yang dimasukkan ke dalam lubang kepiting, akan melekat pada insang dan dapat mematikan.
    6.Usaha untuk mengusir burung adalah dengan memasang pancang-pancang bambu atau kayu di petakan tambakan.
    7.Cara memberantas udang renik (wereng tambak): menggunakan Sumithion dengan dosis 0,002 mg/liter pada hari pertama dan ditambah 0,003 mg/liter pada hari kedua. Kadar yang dapat mematikan udang adalah 0,008 mg/liter. Selalu memeriksa lokasi baik siang maupun malam.
    7.2.Penyakit asal Virus.

    1.

    Monodon Baculo Virus (MBV)
    Keberadanya tidak perlu dikhawatirkan, karena tidak berpengaruh terhadap kehidupan udang. Penyebab: kondisi stres saat pemindahan post larva ke kolam pembesaran.
    2.Infectious Hypodermal Haematopoietic Necrosis Virus (IHHNV)
    Gejala: (1) udang berenang tidak normal, yaitu sangat perlahan-lahan, muncul ke permukaan dan mengambang dengan perut di ata; (2) bila alat geraknya (pleopod dan Periopod) berhenti bergerak, udang akan tenggelam di bawah kolam; (3) udang akan mati dalam waktu 4-12 jam sejak mulai timbulnya gejala tersebut. Udang penderita banyak yang mati pada saat moulting; (4) pada kondisi yang akut, kulitnya akan terlihat keputih-putihan dan tubuhnya berwarna putih keruh; (5) permukaan tubuhnya akan ditumbuhi oleh diatomae, bakteri atau parasit jamur; (6) pada kulit luar terlihat nekrosis pada kutikula, syaraf, antena, dan pada mukosa usus depan dan tengah.
    Pengendalian: perbaikan kualitas air.
    3.Hepatopancreatic Parvo-like Virus
    Gejala: terutama menyerang hepatopankreas, sehingga dalam pemeriksaan hepatopankreasnya secara mikroskopik terlihat degenerasi dan adanya inklusion bodies dalam se-sel organ tersebut.
    Pengendalian: perbaikan kualitas air.
    4.Cytoplamic Reo-like Virus
    Gejala: (1) udang berkumpul di tepi kolam dan berenang di permukaan air; (2) kematian udang di mulai pada hari 7-9 setelah penebaran benih (stocking) di kolam post larva umur 18 hari.
    Pengendalian: belum diketahui secara pasti, yang penting adalah perbaikan kualitas air.
    5.Ricketsiae
    Gejala: (1) udang berenang di pinggir kolam dalam keadaan lemah; (2) udang berwarna lebih gelap, tak ada nafsu makan, pada beberapa udang terlihat benjolan-benjolan kecil keputih-putihan pada dinding usus bagian tengah (mid gut); (3) adanya koloni riketsia, peradangan dan pembengkakan jaringan ikat; (4) kematian udang mulai terjadi pada minggu ke-7 atau 9 setelah penebaran benih (post larva hari ke-15-25). Angka kematian naik pada hari ke-5 sampai 7, sejak mulai terjadi kematian, kemudian menurun sampai tak ada kematian. Tiga hari kemudian kematian timbul lagi, begitu seterusnya sampai udang dipanen.
    Pengendalian: menggunakan antibiotik (oksitetrasiklin, sulfasoxasol, dan nitrofurazon) dicampur makanan dapat mengurangi angka kematian, tetapi bila konsentrasi antibiotik menurun, kematian akan timbul lagi.
    7.3.Penyakit Asal Bakteri

    1.

    Bakteri nekrosis
    Penyebab: (1) bakteri dari genus Vibrio; (2) merupakan infeksi sekunder dari infeksi pertama yang disebabkan oleh luka, erosi bahan kimia atau lainnya.
    Gejala: (1) muncul beberapa nekrosis (berwarna kecoklatan) di beberapa tempat (multilokal), yaitu pada antena, uropod, pleopod, dan beberapa alat tambahan lainnya; (2) usus penderita kosong, karena tidak ada nafsu makan.
    Pengendalian: Pemberian antibiotik dalam kolam pembenihan, miaslnya furanace 1 mg/l, oksitetrasiklin 60-250 mg/l dan erytromycin 1 mg/l; (2) Pengeringan, pembersihan dan disinfeksi dalam kolam pembenihan, serta menjaga kebersihan alat-alat yang digunakan; (3) pemeliharaan kualias air dan sanitasi yang baik.
    2.Bakteri Septikemia
    Penyebab: (1) Vibrio alginolictus, V. parahaemolyticus, Aeromonas sp., dan Pseudomonas sp.; (2) merupakan infeksi sekunder dari infeksi pertama yang disebabkan defisiensi vitamin C, toxin, luka dan karena stres yang berat.
    Gejala: (1) menyerang larva dan post larva; (2) terdapat sel-sel bakteri yang aktif dalam haemolymph (sistem darah udang).
    Pengendalian: (1) pemberian antibiotik dalam kolam pembenihan, misalnya furanace 1 mg/l, oksitetrasiklin 60-250 mg/l dan erytromycin 1 mg/l; (2) pemeliharaan kualias air dan sanitasi yang baik.
    7.4.Penyakit Asal Parasit
    Dapat menyebabkan penurunan berat badan, penurunan kualitas, kepekaan terhadap infeksi virus/bakteri dan beberapa parasit dapat menyebabkan kemandulan (Bopyrid).

    1.

    Bakteri nekrosis
    Parasit cacing Cacing Cestoda, yaitu
    -Polypochepalus sp., bentuk cyste dari cacing ini terdapat dalam jaringan ikat di sepanjang syaraf bagian ventral.
    -Parachristianella monomegacantha, berparasit dalam jaringan intertubuler hepatopankreas.
    Cacing Trematoda: Opecoeloides sp., yang ditemukan pada dinding proventriculus dan usus.
    Cacing Nematoda: Contracaecum sp., menyerang hepatopankreas udang yang hidup secara alamiah.
    2.Parasit Isopoda
    Dapat menghambat perkembangan alat reproduksi udang. Parasit ini menempel di daerah branchial insang (persambung antara insang dengan tubuh udang), sehingga menghambat perkembangan gonad (sel telur) pada udang.
    7.5.Penyakit Asal Parasit
    Menyerang udang periode larva dan post larva yang dapat mati dalam waktu 24 jam.
    Penyebab: (1) Jamur Phycomycetes yang termasuk genus Lagenedium dan Sirolpidium; (2) penyebarannya terjadi pada waktu pemberian pakan.
    Pengendalian: (1) pemberian malachite green (0,006-0,1 mg/l) atau trifuralin (0,01 pp,) 3-6 kali sehari akan mencegah penyebaran jamur ke larva yang sehat; (2) jalan filtrasi air laut untuk pembenihan; (3) pencucian telur udang berkali-kali dengan air laut yang bersih atau air laut yang diberi malachite green atau trifuralin, karena dapat menghilangkan zoospora dari jamur.

    pedoman teknis


    6.1.Penyiapan Sarana dan Peralatan
    Syarat konstruksi tambak:

    1)

    Tahan terhadap damparan ombak besar, angin kencang dan banjir. Jarak minimum pertambakan dari pantai adalah 50 meter atau minimum 50 meter dari bantara sungai.
    2)Lingkungan tambak beserta airnya harus cukup baik untuk kehidupan udang sehingga dapat tumbuh normal sejak ditebarkan sampai dipanen.
    3)Tanggul harus padat dan kuat tidak bocor atau merembes serta tahan terhadap erosi air.
    4)Desain tambak harus sesuai dan mudah untuk operasi sehari-hari, sehingga menghemat tenaga.
    5)Sesuai dengan daya dukung lahan yang tersedia.
    6)Menjaga kebersihan dan kesehatan hasil produksinya.
    7)Saluran pemasuk air terpisah dengan pembuangan air. Teknik pembuatan tambak dibagi dalam tiga sistem yang disesuaikan dengan letak, biaya, dan operasi pelaksanaannya, yaitu tambak ekstensif, semi intensif, dan intensif.
    1. Tambak Ekstensif atau Tradisional

      a)

      Dibangun di lahan pasang surut, yang umumnya berupa rawa-rawa bakau, atau rawa-rawa pasang surut bersemak dan rerumputan.
      b)Bentuk dan ukuran petakan tambak tidak teratur.
      c)Luasnya antara 3-10 ha per petak.
      d)Setiap petak mempunyai saluran keliling (caren) yang lebarnya 5-10 m di sepanjang keliling petakan sebelah dalam. Di bagian tengah juga dibuat caren dari sudut ke sudut (diagonal). Kedalaman caren 30-50 cm lebih dalam dari bagian sekitarnya yang disebut pelataran. Bagian pelataran hanya dapat berisi sedalam 30-40 cm saja.
      e)Di tengah petakan dibuat petakan yang lebih kecil dan dangkal untuk mengipur nener yang baru datang selama 1 bulan.
      f)Selain itu ada beberapa tipe tambak tradisional, misalnya tipe corong dan tipe taman yang dikembangkan di Sidoarjo, Jawa Timur.
      g)Pada tambak ini tidak ada pemupukan.

    2. Tambak Semi Intensif

      a)

      Bentuk petakan umumnya empat persegi panjang dengan luas 1-3 ha/petakan.
      b)Tiap petakan mempunyai pintu pemasukan (inlet) dan pintu pengeluaran (outlet) yang terpisah untuk keperluan penggantian air, penyiapan kolam sebelum ditebari benih, dan pemanenan.
      c)Suatu caren diagonal dengan lebar 5-10 m menyerong dari pintu (pipa) inlet ke arah pintu (pipa) outlet. Dasar caren miring ke arah outlet untuk memudahkan pengeringan air dan pengumpulan udang pada waktu panen.
      d)Kedalaman caren selisih 30-50 cm dari pelataran.
      e)Kedalaman air di pelataran hanya 40-50 cm.
      f)Ada juga petani tambak yang membuat caren di sekeliling pelataran.

    3. Tambak Intensif

      a)

      Petakan berukuan 0,2-0,5 ha/petak, supaya pengelolaan air dan pengawasannya lebih mudah.
      b)Kolam/petak pemeliharaan dapat dibuat dari beton seluruhnya atau dari tanah seperti biasa. Atau dinding dari tembok, sedangkan dasar masih tanah.
      c)Biasanya berbentuk bujur sangkar dengan pintu pembuangan di tengah dan pintu panen model monik di pematang saluran buangan. Bentuk dan konstruksinya menyerupai tambak semi intensif bujur sangkar.
      d)Lantai dasar dipadatkan sampai keras, dilapisi oleh pasir/kerikil. Tanggul biasanya dari tembok, sedang air laut dan air tawar dicampur dalam bak pencampur sebelum masuk dalam tambak.
      e)Pipa pembuangan air hujan atau kotoran yang terbawa angin, dipasang mati di sudut petak.
      f)Diberi aerasi untuk menambah kadar O2 dalam air.
      g)Penggantian air yang sangat sering dimungkinkan oleh penggunaan pompa.
    Adapun prasarana yang diperlukan dalam budidaya udang tambak meliputi:
    1. Petakan Tambak

      a)

      Sebaiknya dibuat dalam bentuk unit. Setiap satu unit tambak pengairannya berasal dari satu pintu besar, yaitu pintu air utama atau laban. Satu unit tambak terdiri dari tiga macam petakan: petak pendederan, petak glondongan (buyaran) dan petak pembesaran dengan perbandingan luas 1:9:90.
      b)Selain itu, juga ada petakan pembagi air, yang merupakan bagian yang terdalam. Dari petak pembagi, masing-masing petakan menerima bagian air untuk pengisiannya. Setiap petakan harus mempunyai pintu air sendiri, yang dinamakan pintu petakan, pintu sekunder, atau tokoan. Petakan yang berbentuk seperti saluran disebut juga saluran pembagi air.
      c)Setiap petakan terdiri dari caren dan pelataran.

    2. Pematang/Tanggul

      a)

      Ada dua macam pematang, yaitu pematang utama dan pematang antara.
      b)Pematang utama merupakan pematang keliling unit, yang melindungi unit yang bersangkutan dari pengaruh luar. Tingginya 0,5 m di atas permukaan air pasang tertinggi. Lebar bagian atasnya sekitar 2 m. Sisi luar dibuat miring dengan kemiringan 1:1,5. Sedangkan untuk sisi pematang bagian dalam kemiringannya 1:1.
      c)Pematang antara merupakan pematang yang membatasi petakan yang satu dengan yang lain dalam satu unit.
      d)Ukurannya tergantung keadaan setempat, misalnya: tinggi 1-2 m, lebar bagian atas 0,5-1,5. Sisi-sisinya dibuat miring dengan kemiringan 1:1. Pematang dibuat dengan menggali saluran keliling yang jaraknya dari pematang 1 m. Jarak tersebut biasa disebut berm.

    3. Saluran dan Pintu Air

      a)

      Saluran air harus cukup lebar dan dalam, tergantung keadaan setempat, lebarnya berkisar antara 3-10 m dan dalamnya kalau memungkinkan sejajar dengan permukaan air surut terrendah. Sepanjang tepiannya ditanami pohon bakau sebagai pelindung.
      b)Ada dua macam pintu air, yaitu pintu air utama (laban) dan pintu air sekunder (tokoan/pintu air petakan).
      c)Pintu air berfungsi sebagai saluran keluar masuknya air dari dan ke dalam tambak yang termasuk dalam satu unit.
      d)Lebar mulut pintu utama antara 0,8-1,2 m, tinggi dan panjang disesuaikan dengan tinggi dan lebar pematang. Dasarnya lebih rendah dari dasar saluran keliling,serta sejajar dengan dasar saluran pemasukan air.
      e)Bahan pembuatannya antara lain: pasangan semen, atau bahan kayu (kayu besi, kayu jati, kayu kelapa, kayu siwalan, dll)
      f)Setiap pintu dilengkapi dengan dua deretan papan penutup dan di antaranya diisi tanah yang disebut lemahan.
      g)Pintu air dilengkapi dengan saringan, yaitu saringan luar yang menghadap ke saluran air dan saringan dalam yang menghadap ke petakan tambak. Saringan terbuat dari kere bambu, dan untuk saringan dalam dilapisi plastik atau ijuk.

    4. Pelindung:

      a)

      Sebagai bahan pelindung pada pemeliharaan udang di tambak, dapat dipasang rumpon yang terbuat dari ranting kayu atau dari daun-daun kelapa kering. Pohon peneduh di sepanjang pematang juga dapat digunakan sebagai pelindung.
      b)Rumpon dipasang dengan jarak 6-15 m di tambak. Rumpon berfungsi juga untuk mencegah hanyutnya kelekap atau lumut, sehingga menumpuk pada salah satu sudut karena tiupan angin.

    5. Pemasangan kincir:

      a)

      Kincir biasanya dipasang setelah pemeliharaan 1,5-2 bulan, karena udang sudah cukup kuat terhadap pengadukan air.
      b)Kincir dipasang 3-4 unit/ha. Daya kelarutan O2 ke dalam air dengan pemutaran kincir itu mencapai 75-90%.
    6.2.Pembibitan
    1. Menyiapkan Benih (Benur)
      Benur/benih udang bisa didapat dari tempat pembenihan (Hatchery) atau dari alam.
      Di alam terdapat dua macam golongan benih udang windu (benur) menurut ukurannya, yaitu :

      a)

      Benih yang masih halus, yang disebut post larva.
      Terdapat di tepi-tepi pantai. Hidupnya bersifat pelagis, yaitu berenang dekat permukaan air. Warnanya coklat kemerahan. Panjang 9-15 mm. Cucuk kepala lurus atau sedikit melengkung seperti huruf S dengan bentuk keseluruhan seperti jet. Ekorny ,emletang seperti kipas.
      b)Benih yang sudah besar atau benih kasar yang disebut juvenil.
      Biasanya telah memasuki muara sungai atau terusan. Hidupnya bersifat benthis, yaitu suka berdiam dekat dasar perairan atau kadang menempel pada benda yang terendam air. Sungutnya berbelang-belang selangseling coklat dan putih atau putih dan hijau kebiruan. Badannya berwarna biru kehijauan atau kecoklatan sampai kehitaman. Pangkal kaki renang berbelang-belang kuning biru.

      Cara Penangkapan Benur:

      a)

      Benih yang halus ditangkap dengan menggunakan alat belabar dan seser.
      -Belabar adalah rangkaian memanjang dari ikatan-ikatan daun pisang kering, rumput-rumputan, merang, atau pun bahan-bahan lainnya.
      -Kegiatan penangkapan dilakukan apabila air pasang.
      -Belabar dipasang tegak lurus pantai, dikaitkan pada dua buah patok, sehingga terayun-ayun di permukaan air pasang.
      -Atau hanya diikatkan pada patok di salah satu ujungnya, sedang ujung yang lain ditarik oleh si penyeser sambil dilingkarkan mendekati ujung yang terikat. Setelah lingkaran cukup kecil, penyeseran dilakukan di sekitar belabar.
      b)Benih kasar ditangkapi dengan alat seser pula dengan cara langsung diseser atau dengan alat bantu rumpon-rumpon yang dibuat dari ranting pohon yang ditancapkan ke dasar perairan. Penyeseran dilakukan di sekitar rumpon.

      Pembenihan secara alami dilakukan dengan cara mengalirkan air laut ke dalam tambak. Biasanya dilakukan oleh petambak tradisional.

      Benih udang/benur yang didapat dari pembibitan haruslah benur yang bermutu baik. Adapun sifat dan ciri benur yang bermutu baik yang didapat dari tempat pembibitan adalah:

      a)

      Umur dan ukuran benur harus seragam.
      b)Bila dikejutkan benur sehat akan melentik.
      c)Benur berwarna tidak pucat.
      d)Badan benur tidak bengkok dan tidak cacat.

    2. Perlakuan dan Perawatan Benih

      a)

      Cara pemeliharaan dengan sistem kolam terpisah Pemeliharaan larva yang baik adalah dengan sistem kolam terpisah, yaitu kolam diatomae, kolam induk, dan kolam larva dipisahkan.
      -Kolam Diatomae
      Diatomae untuk makanan larva udang yang merupakan hasil pemupukan adalah spesies Chaetoceros, Skeletonema dan Tetraselmis di dalam kolam volume 1000-2000 liter.
      Spesies diatomae yang agak besar diberikan kepada larva periode mysis, walaupun lebih menyukai zooplankton.
      -Kolam Induk
      Kolam yang berukuran 500 liter ini berisi induk udang yang mengandung telur yang diperoleh dari laut/nelayan. Telur biasanya keluar pada malam hari. Telur yang sudah dibuahi dan sudah menetas menjadi nauplius, dipindahkan.
      -Kolam Larva
      Kolam larva berukuran 2.000-80.000 liter. Artemia/zooplankton diambil dari kolam diatomae dan diberikan kepada larva udang mysis dan post larva (PL5-PL6).
      Artemia kering dan udang kering diberikan kepada larva periode zoa sampai (PL6). Larva periode PL5-PL6 dipindah ke petak buyaran dengan kepadatan 32-1000 ekor/m2, yang setiap kalidiberi makan artemia atau makanan buatan, kemudian PL20-PL30 benur dapat dijual atau ditebar ke dalam tambak.
      b)Cara Pengipukan/pendederan benur di petak pengipukan
      -Petak pendederan benur merupakan sebagian dari petak pembesaran udang (± 10% dari luas petak pembesaran) yang terletak di salah satu sudutnya dengan kedalaman 30-50 cm, suhu 26-31derajat C dan kadar garam 5-25 permil.
      -Petak terbuat dari daun kelapa atau daun nipah, agar benur yang masih lemah terlindung dari terik matahari atau hujan.
      -Benih yang baru datang, diaklitimasikan dulu. Benih dimasukkan dalam bak plastik atau bak kayu yang diisi air yang kadar garam dan suhunya hampir sama dengan keadaan selama pengangkutan. Kemudian secara berangsur-angsur air tersebut dikeluarkan dan diganti dengan
      air dari petak pendederan.
      -Kepadatan pada petak Ini 1000-3000 ekor. Pakan yang diberikan berupa campuran telur ayam rebus dan daging udang atau ikan yang dihaluskan.
      -Pakan tambahan berupa pellet udang yang dihaluskan. Pemberian pelet dilakukan sebanyak 10-20 % kali jumlah berat benih udang per hari dan diberikan pada sore hari. Berat benih halus ± 0,003 gram dan berat benih kasar ± 0,5-0,8 g.
      -Pellet dapat terbuat dari tepung rebon 40%, dedak halus 20 %, bungkil kelapa 20 %, dan tepung kanji 20%.
      -Pakan yang diperlukan: secangkir pakan untuk petak pengipukan /pendederan seluas 100 m2 atau untuk 100.000 ekor benur dan diberikan 3-4 kali sehari.
      c)Cara Pengipukan di dalam Hapa
      -Hapa adalah kotak yang dibuat dari jaring nilon dengan mata jaring 3-5 mm agar benur tidak dapat lolos.
      -Hapa dipasang terendam dan tidak menyentuh dasar tambak di dalam petak-petak tambak yang pergantian airnya mudah dilakukan, dengan cara mengikatnya pada tiang-tiang yang ditancamkan di dasar petak tambak itu. Beberapa buah hapa dapat dipasang berderet-deret pada suatu petak tambak.
      -Ukuran hapa dapat disesuaikan dengan kehendak, misalnya panjang 4- 6 m, lebar 1-1,5 m, tinggi 0,5-1 m.
      -Kepadatan benur di dalam hapa 500-1000 ekor/m2.
      -Pakan benur dapat berupa kelekap atau lumut-lumut dari petakan tambak di sekitarnya. Dapat juga diberi pakan buatan berupa pelet udang yang dihancurkan dulu menjadi serbuk.
      -Lama pemeliharaan benur dalam ipukan 2-4 minggu, sampai panjangnya 3-5 cm dengan persentase hidup 70-90%.
      -Jaring sebagai dinding hapa harus dibersihkan seminggu sekali.
      -Hapa sangat berguna bagi petani tambak, yaitu untuk tempat aklitimasi benur, atau sewaktu-waktu dipergunakan menampung ikan atau udang yang dikehendaki agar tetap hidup.
      d)Cara pengangkutan:
      Pengangkutan menggunakan kantong plastik:
      -Kantong plastik yang berukuran panjang 40 cm, lebar 35 cm, dan tebal 0,008 mm, diisi air 1/3 bagian dan diisi benih 1000 ekor.
      -Kantong plastik diberi zat asam sampai menggelembung dan diikat dengan tali.
      -Kantong plastik tersebut dimasukkan dalam kotak kardus yang diberi styrofore foam sebagai penahan panas dan kantong plastik kecil yang berisi pecahan-pecahan es kecil yang jumlahnya 10% dari berat airnya.
      -Benih dapat diangkut pada suhu 27-30 derajat C selama 10 jam perjalanan dengan angka kematian 10-20%.
      Pengangkutan dengan menggunakan jerigen plastik:
      -Jerigen yang digunakan yang berukuran 20 liter.
      -Jerigen diisi air setengah bagiannya dan sebagian lagi diisi zat asam bertekanan lebih.
      -Jumlah benih yang dapat diangkut antara 500-700 ekor/liter. Selama 6- 8 jam perjalanan, angka kematiannya sekitar 6%.
      -Dalam perjalanan jerigen harus ditidurkan, agar permukaannya menjadi luas, sehingga benurnya tidak bertumpuk.
      -Untuk menurunkan suhunya bisa menggunakan es batu.
      e)Waktu Penebaran Benur
      Sebaiknya benur ditebar di tambak pada waktu yang teduh.
    6.3.Pemeliharaan Pembesaran
    1. Pemupukan
      Pemupukan bertujuan untuk mendorong pertumbuhan makanan alami, yaitu: kelekap, lumut, plankton, dan bentos.
      Cara pemupukan:

      a)

      Untuk pertumbuhan kelekap

      -

      Tanah yang sudah rata dan dikeringkan ditaburi dengan dedak kasar sebanyak 500 kg/ha.
      -Kemudian ditaburi pupuk kandang (kotoran ayam, kerbau, kuda, dll), atau pupuk kompos sebanyak 1000 kg/ha.
      -Tambak diairi sampai 5-10 cm, dibiarkan tergenang dan menguap sampai kering.
      -Setelah itu tambak diairi lagi sampai 5-10 cm, dan ditaburi pupuk kandang atau pupuk kompos sebanyak 1000 kg/ha.
      -Pada saat itu ditambahkan pula pupuk anorganik, yaitu urea 75 kg/ha dan TSP (Triple Super Phosphate) 75 kg/ha.
      -Sesudah 5 hari kemudian, kelekap mulai tumbuh. Air dapat ditinggikan lagi secara berangsur-angsur, hingga dalamnya 40 cm di atas pelataran. Dan benih udang dapat dilepaskan.
      -Selama pemeliharaan, diadakan pemupukan susulan sebanyak 1-2 kali sebulan dengan menggunakan urea 10-25 kg/ha dan TSP 5-15 kg/ha.
      b)Untuk pertumbuhan lumut

      -

      Tanah yang telah dikeringkan, diisi air untuk melembabkannya, kemudian ditanami bibit lumut yang ditancapkan ke dalam lumpur.
      -Air dimasukkan hingga setinggi 20 cm, kemudian dipupuk dengan urea 14 kg/ha dan TSP 8 kg/ha.
      -Air ditinggikan sampai 40 cm setelah satu minggu.
      -Mulai minggu kedua, setiap seminggu dipupuk lagi dengan urea dan TSP, masing-masing 10 takaran sebelumnya.
      -Lumut yang kurang pupuk akan berwarna kekuningan, sedangkan yang dipupuk akan berwarna hijau rumput yang segar. Lumut yang terlalu lebat akan berbahaya bagi udang, oleh karena itu lumut hanya digunakan untuk pemeliharaan udang yang dicampur dengan ikan yang lain.
      c)Untuk pertumbuhan Diatomae

      -

      Jumlah pupuk nitrogen (N) dan pupuk fosfor (P) menghendaki perbandingan sekitar 30:1. Apabila perbandingannya mendekati 1:1, yang tumbuh adalah Dinoflagellata.
      -Sebagai sumber N, pupuk yang mengandung nitrat lebih baik daripada pupuk yang mengandung amonium, karena dapat terlarut lebih lama dalam air.
      -Contoh pupuk:
      * Urea-CO(NH2)2: prosentase N=46,6.
      * Amonium sulfat-ZA-(NH4)2SO4: prosentase N=21.
      * Amonium chlorida-NH4Cl: prosentase N=25
      * Amonium nitrat-NH4NO3: prosentase N=37
      * Kalsium nitrat-Ca(NO3)2: prosentase N=17
      * Double superphosphate-Ca(H2PO4): prosentase P=26
      * Triple superphosphate-P2O5: prosentase P=39
      -Pemupukan diulangi sebanyak beberapa kali, sedikit demi sedikit setiap 7-10 hari sekali.

      -

      Pemupukan pertama, digunakan 0,95 ppm N dan 0,11 ppm P. Apabila luas tambak 1 ha dan tinggi air rata-rata 60 cm, membutuhkan 75-150 kg pupuk urea dan 25-50 kg TSP.
      -Pertumbuhan plankton diamati dengan secci disc. Pertumbuhan cukup bila pada kedalaman 30 cm, secci disc sudah kelihatan.
      -Takaran pupuk dikurangi bila secci disc tidak terlihat pada kedalaman 25 cm. Sedangkan apabila secci disc tidak kelihatan pada kedalaman 35 cm, maka takaran pupuk perlu ditambah.

    2. Pemberian Pakan
      Makanan untuk tiap periode kehidupan udang berbeda-beda. Makanan udang yang dapat digunakan dalam budidaya terdiri dari:

      a)

      Makanan alami:

      -

      Burayak tingkat nauplius, makanan dari cadangan isi kantong telurnya.
      -Burayak tingkat zoea, makanannya plankton nabati, yaitu Diatomaeae (Skeletonema, Navicula, Amphora, dll) dan Dinoflagellata (Tetraselmis, dll).
      -Burayak tingkat mysis, makanannya plankton hewani, Protozoa, Rotifera, (Branchionus), anak tritip (Balanus), anak kutu air (Copepoda), dll.
      -Burayak tingkat post larva (PL), dan udang muda (juvenil), selain makanan di atas juga makan Diatomaee dan Cyanophyceae yang tumbuh di dasar perairan (bentos), anak tiram, anak tritip, anak udanngudangan (Crustacea) lainnya, cacing annelida dan juga detritus (sisa hewan dan tumbuhan yang membususk).
      -Udang dewasa, makanannya daging binatang lunak atau Mollusca (kerang, tiram, siput), cacing Annelida, yaitut cacing Pollychaeta, udang-udangan, anak serangga (Chironomus), dll.
      -Dalam usaha budidaya, udang dapat makan makanan alami yang tumbuh di tambak, yaitu kelekap, lumut, plankton, dan bentos.
      b)Makanan Tambahan
      Makanan tambahan biasanya dibutuhkan setelah masa pemeliharaan 3 bulan. Makanan tambahan tersebut dapat berupa:

      -

      Dedak halus dicampur cincangan ikan rucah.
      -Dedak halus dicampur cincangan ikan rucah, ketam, siput, dan udangudangan.
      -Kulit kerbau atau sisa pemotongan ternak yang lain. Kulit kerbau dipotong-potong 2,5 cm2, kemudian ditusuk sate.
      -Sisa-sisa pemotongan katak.

      -

      Bekicot yang telah dipecahkan kulitnya.
      -Makanan anak ayam.
      -Daging kerang dan remis.
      -Trisipan dari tambak yang dikumpulkan dan dipech kulitnya.
      c)Makanan Buatan (Pelet):

      -

      Tepung kepala udang atau tepung ikan 20 %.

      -

      Dedak halus 40 %.
      -Tepung bungkil kelapa 20 %.
      -Tepung kanji 19 %.
      -Pfizer premix A atau Azuamix 1 %.
      Cara pembuatan:

      -

      Tepung kanji diencerkan dengan air secukupnya, lalu dipanaskan sampai mengental.

      -

      Bahan-bahan yang dicampurkan dengan kanji diaduk-aduk dan diremas-remas sampai merata.
      -Setelah merata, dibentuk bulat-bulat dan digiling dengan alat penggiling daging. Hasil gilingan dijemur sampai kering, kemudian diremas-remas sampai patah-patah sepanjang rata-rata 1-2 cm.
      Takaran Ransum Udang dan Cara Pemberian Pakan:

      a)

      Udang diberi pakan 4-6 x sehari sedikit demi sedikit.
      b)Jumlah pakan yang diberikan kepada benur 15-20% dari berat tubuhnya per hari.
      c)Jumlah pakan udang dewasa sekitar 5-10% berat tubuhnya/ hari.
      d)Pemberian pakan dilakukan pada sore hari lebih baik.

    3. Pemeliharaan Kolam/Tambak

      a)

      Penggantian Air. Pembuangan air sebaiknya melalui bagian bawah, karena bagian ini yang kondisinya paling buruk. Tapi apabila air tambak tertutup air hujan yang tawar, pembuangannya melalui lapisan atas, sedangkan pemasukannya melalui bagian bawah.
      b)Pengadukan secara mekanis (belum biasa dilakukan). Dengan pengadukan, air dapat memperoleh tambahan zat asam, atau tercampurnya air asin dan air tawar. Pengadukan dapat menggunakan mesin pengaduk, mesin perahu tempel, atau kincir angin.
      c)Penambahan bahan kimia (belum biasa dilakukan). Kekurangan zat asam, dapat ditambah dengan Kalium Permanganat (PK/KMnO4). Takaran 5-10 ppm (5-10 gram/1 ton air), masih belum mampu membunuh udang. Kapur bakar sebanyak 200 kg/ha dapat juga untuk mengatasi O2.
      d)Penambahan volume air. Bila suhu air tinggi, penambahan jumlah volume air dapat dikurangi. Perlu diberi pelindung.
      e)Menghentikan pemupukan dan pemberian pakan. Pemupukan dan pemberian pakan dihentikan apabila udang nampak menderita dan tambak dalam kondisi buruk.
      f)Singkirkan ikan dan ganggang yang mati dengan menggunakan alat penyerok.
      g)Penambahan pemberian pakan. Udang diberi tambahan pakan apabila menunjukkan gejala kekurangan makan, sampai pertumbuhan makanan alami normal kembali.

      Perbaikan teknis yang diperlukan:

      a)

      Perbaikan saluran irigasi tambak untuk memungkinkan petakan-petakan tambak memperoleh air yang cukup kualitas dan dan kuantitasnya, selama masa pemeliharaan.
      b)Pompanisasi, bagi tambak-tambak di daerah yang perbedaan pasang surutnya rendah (kurang dari 1 m), yang setiap waktu diperlukan pergantian air ke dalam atau keluar tambak.
      c)Perbaikan konstruksi tambak, yang meliputi konstruksi tanggul, pintu air saringan masuk ke dalam tambak agar tambak tidak mudah bocor, dan tanggul tidak longsor.
      d)Perbaikan manajemen budidaya yang meliputi: cara pemupukan, padat penebaran yang optimal, pemberian pakan, cara pengelolaan air dan cara pemantauan terhadap pertumbuhan dan kesehatan udang.